Labubu Kehilangan Popularitas, Pop Mart Justru Bahagia

Penjualan boneka Labubu yang sempat fenomenal kini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Menurut riset terbaru, penjualan edisi blind box atau kotak misteri boneka ini awalnya bisa meledak hingga 2.000% di atas harga eceran, namun kini tanda-tanda kehilangan momentum mulai terlihat.

Situasi ini membuat para penjual menjadi panik, karena mereka menyaksikan penurunan harga hingga setengahnya. Pop Mart, perusahaan asal Tiongkok di balik fenomena ini, justru menganggap penurunan harga dan popularitas sebagai sesuatu yang diharapkan.

“Produk kami dibuat untuk orang-orang yang benar-benar terhubung dengan seni dan kegembiraan yang dihadirkannya,” ungkap Pop Mart dalam pernyataan resmi. Menurut mereka, menjaga agar seni ini tetap mudah diakses menjadi prioritas utama.

Perubahan Strategi dan Model Bisnis Pop Mart

Pada awal kemunculannya, Pop Mart membiarkan harga jual kembali boneka Labubu melonjak untuk menarik perhatian konsumen. Namun, saat ini mereka beralih ke model bisnis yang lebih stabil dan berkelanjutan untuk menghadapi pasar yang dinamis.

Ashley Dudarenok, seorang ahli riset, menyatakan bahwa selama ini pasar barang bekas Labubu memang dibanjiri penggemar, tapi hal ini tidak dapat dipertahankan untuk jangka panjang. Keterpaparan pelanggan jangka panjang sangat penting bagi keberlangsungan produk.

Dalam penyataan lebih lanjut, Dudarenok menekankan bahwa Pop Mart tidak ingin produk mereka hanya menjadi sensasi sesaat. Oleh karena itu, mereka berupaya menarik lebih banyak pelanggan yang benar-benar menyukai nilai seni dari setiap produk.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan Harga

Penurunan harga boneka Labubu dipicu oleh meningkatnya produksi untuk memenuhi permintaan pasar. Pop Mart telah meningkatkan produksi hingga mencapai 30 juta mainan per bulan, yang jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

Walaupun permintaan awalnya tinggi, para analis kini mencatat adanya penurunan, terutama di wilayah Tiongkok daratan. Hal ini disebabkan oleh versi lama boneka yang semakin tidak diminati.

Kepala investasi di Lotus Asset Management, Hao Hong, juga mengungkapkan bahwa para calo mulai melepas stok boneka mereka. Mereka khawatir jika menimbun terlalu banyak, mereka tidak bisa menjualnya di kemudian hari, yang menyebabkan harga menjadi lebih tidak stabil.

Pasar Sekunder dan Kesehatan Ekonomi Perusahaan

Jeff Zhang, seorang analis ekuitas, menilai bahwa pasar sekunder bisa menjadi indikator utama untuk melihat produk terpopuler dari Pop Mart. Ketika keterbatasan pasokan memicu minat, platform penjualan kembali menjadi tempat transaksi utama.

Menurut data, saham Pop Mart mengalami penurunan sebesar 16% dalam sebulan, meskipun masih tercatat naik lebih dari 200% sepanjang tahun ini. Hal ini menunjukkan dinamika yang menarik dalam perekonomian perusahaan.

Meskipun Pop Mart tidak mendapatkan keuntungan langsung dari transaksi pasar sekunder, keberadaan sensasi dan persepsi kelangkaan tetap berkontribusi terhadap minat konsumen. Ini tak pelak menjadi bagian dari strategi pemasaran mereka.

Inovasi untuk Mempertahankan Kepopuleran

Pop Mart kini berupaya membawa kembali Labubu ke ‘dunia nyata’, menyadari bahwa mainan yang diproduksi massal bukanlah barang mewah. Menurut analisis pasar, produk-produk terlaris mereka diharapkan tetap bertahan hingga tahun depan.

Ekspansi ke pasar luar negeri, terutama di Amerika Utara dan Asia-Pasifik, menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang mereka. Ini sejalan dengan usaha Pop Mart untuk mengoperasikan taman hiburan dan kolaborasi dengan merek internasional.

Pop Mart juga berinvestasi dalam pembuatan animasi orisinal. Tujuannya adalah untuk mengembangkan karakter-karakter mereka agar lebih dikenal oleh publik dan memiliki latar belakang yang kuat.

Harapan dan Tantangan di Masa Depan

Ujian sesungguhnya bagi Pop Mart bukan hanya apakah Labubu akan tetap populer, tetapi juga apakah mereka mampu mengembalikannya dalam spotlight. Menurut Dudarenok, tim Pop Mart perlu berperan sebagai “antropolog masa kini” yang memahami harapan dan perjuangan konsumen.

Dengan pendekatan yang tepat, Pop Mart berpeluang mengejutkan publik dengan kreasi-kreasi menarik di masa mendatang. Prospek ini sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan dinamisnya pasar.

“Keberhasilan Labubu bukan hanya tentang keberuntungan, tetapi juga tentang investasi waktu dan usaha untuk menciptakan nilai bagi penggemar,” jelas Dudarenok. Oleh karena itu, fokus pada inovasi dan kualitas adalah kunci untuk menjaga momentum.

Related posts