Merayakan momen spesial seperti Natal atau Tahun Baru sering kali diiringi dengan minuman beralkohol. Namun, penting untuk menyadari bahwa konsumsi alkohol yang bersamaan dengan obat bisa berpotensi berbahaya dan memicu masalah kesehatan.
Ketika alkohol bercampur dengan obat-obatan, cara kerja obat dalam tubuh bisa terpengaruh secara signifikan. Hal ini bisa menyebabkan interaksi yang berisiko, bahkan hingga overdosis yang membahayakan jiwa.
Setelah obat dikonsumsi, proses metabolisme berlangsung di hati sebelum obat masuk ke aliran darah. Alkohol juga diolah di organ yang sama, sehingga keduanya saling memengaruhi proses metabolisme satu sama lain.
Risiko Interaksi Antara Alkohol dan Obat-obatan
Berbagai jenis obat, baik yang diresepkan dokter maupun yang dijual bebas, dapat berinteraksi dengan alkohol. Salah satu dampak yang paling membahayakan adalah penekanan pada sistem saraf pusat, yang bisa memicu berbagai masalah kesehatan.
Mixing alkohol dengan beberapa obat tertentu dapat memicu efek yang berlipat ganda. Misalnya, penggunaan obat penenang bersamaan dengan alkohol dapat menyebabkan tidur yang sangat nyenyak, melambatnya napas, hingga detak jantung yang berisiko rendah, yang fatalnya dapat berujung pada kematian.
Perempuan dan lansia, serta individu dengan gangguan fungsi hati, sangat rentan terhadap interaksi ini. Oleh sebab itu, kelompok ini perlu lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi alkohol, terutama saat sedang menjalani pengobatan.
Pentingnya Mengetahui Obat yang Tidak Boleh Dicampur Alkohol
Banyak obat yang tidak seharusnya dicampur dengan alkohol karena berpotensi memperburuk efek obat. Misalnya, obat kecemasan dan depresi memiliki risiko tinggi ketika dikombinasikan dengan alkohol, yang dapat memicu reaksi berbahaya.
Salah satu contoh konkret adalah obat tidur seperti zolpidem; alat ini sangat tidak dianjurkan untuk dikonsumsi bersamaan dengan alkohol. Kombinasi ini bukan hanya berisiko menyebabkan semacam perilaku aneh saat tidur, tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pemakainya.
Selain itu, ada beberapa jenis obat antidepresan yang dapat berinteraksi negatif dengan jenis alkohol tertentu. Misalnya, bir artisan dan bir rumahan dapat memicu lonjakan tekanan darah yang berbahaya bagi kesehatan individu yang terpengaruh.
Efek Jangka Panjang dari Kombinasi Alkohol dan Obat
Bukan hanya saat konsumsi alkohol bersama obat, bahaya juga bisa muncul setelah berhenti minum. Beberapa obat seperti metronidazole dapat membuat tubuh lebih sensitif terhadap alkohol dan memicu efek tidak menyenangkan meski obat sudah dihentikan.
Pasien yang menggunakan obat ini disarankan untuk menjauhi alkohol bahkan setelah pengobatan selesai, setidaknya dalam 24 jam setelahnya. Ketidakpatuhan terhadap anjuran ini dapat memicu berbagai reaksi negatif, termasuk mual dan sesak napas.
Penting juga untuk diperhatikan oleh perempuan usia subur. Menggunakan obat seperti acitretin, yang dapat menyebabkan cacat lahir saat dicampur dengan alkohol, sangat berbahaya dan harus dihindari selama pengobatan berlangsung dan dua bulan setelahnya.
Mitos Seputar Alkohol dan Pil Kontrasepsi
Salah satu mitos yang beredar terkait konsumsi alkohol adalah bahwa alkohol bisa menurunkan efektivitas pil kontrasepsi. Meskipun alkohol tidak secara langsung memengaruhi efektivitas pil, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan pengguna lupa pada waktu yang tepat untuk mengkonsumsi pil atau bahkan memicu muntah.
Situasi ini dapat meningkatkan risiko kehamilan yang tidak direncanakan. Untuk menghindari kemungkinan ini, pengguna pil KB harus berpikiran matang dan menjaga pola konsumsi alkohol yang bijak.
Mitos lain yang sering terdengar adalah bahwa alkohol dilarang dicampurkan dengan semua jenis antibiotik. Larangan ini memang benar hanya berlaku untuk antibiotik tertentu seperti metronidazole dan linezolid, sementara banyak antibiotik lain relatif aman dikombinasikan dengan alkohol.
