Festival seni selalu menjadi ajang yang dinantikan untuk mengekspresikan kreativitas. Salah satu pementasan yang mencuri perhatian adalah karya terbaru dari Komunitas Bumi Bajra yang mempersembahkan lakon terinspirasi mitologi Bali dengan judul menarik.
Tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga menyoroti keindahan tradisi dan budaya lokal. Pementasan ini berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dan menghadirkan nuansa magis yang mengajak penonton menjelajahi kisah legenda.
Dengan judul “Hyang Ratih: Ode untuk Bulan, Perempuan, dan Semesta”, karya ini berangkat dari kisah Kala Rau. Dalam pertunjukan ini, penonton diajak menyelami perjalanan sosok raksasa yang mencuri perhatian karena ambisinya meraih kekuasaan abadi.
Menelusuri Cerita Kala Rau dalam Lakon Bumi Bajra
Berdasarkan mitologi, Kala Rau adalah sosok raksasa yang berusaha memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan tirta keabadian. Ketika para dewa membagikan air kehidupan tersebut, ia menyamar sebagai salah satu dewa untuk menyelundup masuk.
Namun, aksinya tidak berlangsung mulus, karena Dewi Ratih, yang melambangkan bulan, mampu mendeteksi kelicikannya. Tindakan tersebut membuat dewa-dewa marah dan segera memutuskan untuk menghukumnya, sehingga kepalanya dipenggal.
Setelah kehilangan tubuhnya, Kala Rau yang hanya tersisa kepalanya menyimpan dendam mendalam. Ia bertekad untuk membalas dendam, dengan ingin memakan bulan, yang diyakini sebagai asal-usul terjadinya gerhana bulan.
Ini adalah elemen menarik dalam pementasan yang tidak hanya berfokus pada aspek hiburan. Penonton dipersilakan untuk menggali makna yang lebih dalam dari setiap adegan dan dialog yang ditampilkan di atas panggung.
Persiapan Singkat yang Menghasilkan Pertunjukan Berkualitas
Meskipun persiapan yang dilakukan oleh Bumi Bajra tergolong singkat, hasil akhir tetap memuaskan. Komposer Ida Made Adnya Gentorang menyebutkan bahwa mereka hanya memerlukan waktu seminggu untuk mempersiapkan pertunjukan ini.
Selama proses persiapan, latihan intensif dibagi menjadi pelatihan koreografi dan musikal. Dengan waktu yang terbatas, para pelaku seni tetap mampu mengeksplorasi kemampuan mereka hingga menciptakan pementasan yang menawan.
Penekanan pada intensitas latihan menjadikan performa ini terasa lebih hidup. Setiap gerakan dan alunan musik terasa seimbang, menciptakan sinergi yang harmonis di atas panggung.
Kualitas pertunjukan ini tidak lepas dari kolaborasi yang solid antara seluruh anggota komunitas. Semangat kerjasama ini pun tercermin dalam setiap elemen pementasan yang ada.
Makna di Balik Pementasan dan Pesan yang Ingin Disampaikan
Dengan tema yang diusung, Bumi Bajra ingin memberikan pesan mendalam kepada penonton. Mereka menolak anggapan bahwa sebuah pementasan harus memiliki penafsiran yang baku.
Sebaliknya, penonton diberdayakan untuk menafsirkan lakon dengan pandangan masing-masing. Ini memberi ruang bagi kebebasan berekspresi dan berimajinasi, menjadikan penampilan ini lebih personal bagi setiap individu yang menyaksikannya.
Melalui pertunjukan ini, mereka berharap penonton dapat menemukan makna sesuai dengan pengalaman pribadi. Sehingga setiap orang yang hadir dapat menghubungkan kisah Kala Rau dengan realitas hidup mereka sendiri.
Dalam esensinya, pementasan ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga mengajak penonton untuk refleksi. Melalui seni, mereka dapat merasakan berbagai emosi dan introspeksi terhadap kehidupan spiritual.
