3.508 Sekolah di Wilayah Bencana Sumatra Kembali Beroperasi!

Jakarta baru-baru ini menyaksikan semangat pendidikan yang kembali pulih setelah bencana. Sebanyak 3.508 sekolah yang sebelumnya terdampak di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat kini telah aktif kembali dalam proses pembelajaran.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa total ada 4.149 sekolah yang terkena dampak bencana. Dari jumlah tersebut, lebih dari 85 persen telah mulai beroperasi kembali, memberi harapan baru bagi siswa dan pengajar di wilayah-wilayah yang terdampak.

Meskipun banyak sekolah telah aktif, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Dalam konferensi pers di kantor BNPB, Mu’ti menegaskan pentingnya memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pulihnya Sekolah-sekolah di Aceh, Sumut, dan Sumbar Pasca-Bencana

Di Aceh, 2.226 sekolah, sekitar 81 persen dari total yang terdampak, berhasil dibuka kembali. Sumatra Utara menunjukkan hasil yang lebih baik dengan 902 sekolah, mencapai 95 persen dari yang terpengaruh.

Sementara itu, Sumatra Barat mencatat 380 sekolah yang telah diaktifkan, atau sekitar 86 persen dari jumlah total. Ini merupakan langkah signifikan dalam mempercepat pemulihan pendidikan di kawasan tersebut.

Namun, masih tertinggal 54 sekolah yang belum beroperasi akibat kerusakan parah. Sebagian dari sekolah ini mengalami rusak total, sehingga proses belajar-mengajar dilakukan di tenda sementara.

Langkah-langkah Pemulihan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Mu’ti menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan 54 tenda untuk mendukung kegiatan belajar di wilayah yang masih membutuhkan. Tenda-tenda ini akan digunakan di tiga provinsi yang terdampak bencana, memberikan akses pendidikan meski dalam kondisi darurat.

Proses pembersihan juga sedang dilakukan di sejumlah sekolah. Tercatat 516 sekolah di Aceh, 42 di Sumatra Barat, dan 29 di Sumatra Utara sedang berbenah, dengan total 587 sekolah yang memerlukan perhatian lebih.

Mu’ti menekankan bahwa proses ini perlu dilakukan secara menyeluruh karena tingkat kerusakan dan dampak bencana yang cukup berat, memerlukan waktu lebih lama untuk diperbaiki. Oleh karena itu, semua pihak harus bersabar dalam penanganan ini.

Inovasi dalam Metode Pembelajaran Selama Masa Pemulihan

Dalam menjalani masa pemulihan, Kementerian Pendidikan telah menyusun berbagai langkah strategis. Salah satunya adalah memberikan keleluasaan bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tanpa wajib seragam dan sepatu.

Kurikulum juga akan disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi di lapangan. Ini untuk memastikan bahwa kegiatan belajar-mengajar tetap bisa berjalan lancar meski dalam kondisi yang berbeda.

Apa yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada kurikulum tetapi juga pada kesejahteraan dan pengalaman siswa. Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa tetap mendapatkan pendidikan yang berkualitas meskipun situasi yang dihadapi tidak ideal.

Related posts