Dalam beberapa tahun terakhir, dunia teknologi sering kali disorot oleh fenomena-fenomena menarik yang melibatkan para pendirinya. Salah satu yang terbaru adalah Pavel Durov, pendiri aplikasi pesan instan Telegram, yang baru saja menjadi berita utama. Pengakuannya memiliki lebih dari 100 anak biologis di 12 negara melalui program donor sperma telah memicu diskusi hangat di seluruh dunia.
Kisah ini memunculkan banyak pertanyaan, terutama menyangkut etika dan norma sosial. Bagaimana sosialitas dan tanggung jawab seorang individu berperan di tengah tren baru dalam reproduksi dan teknologi genetika ini?
Keputusan Durov untuk mendonorkan sperma, yang dimulai sebagai upaya untuk membantu seorang teman, berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih besar. Ini juga menggambarkan pergeseran cara pandang masyarakat terhadap donasi sperma dan siapa yang dianggap layak menjadi ayah.
Kampanye Donor Sperma yang Mengundang Perhatian
Sebuah klinik fertilitas swasta di Moskow selatan meluncurkan kampanye yang menawarkan sperma Durov secara gratis. Inisiatif ini menarik perhatian banyak wanita muda dan berpendidikan yang ingin memiliki anak melalui metode bayi tabung atau IVF. Klinik tersebut mengklaim bahwa sperma Durov memiliki kompatibilitas genetik yang tinggi dan dapat menjadi solusi bagi yang mencari donor berkualitas.
Para peserta yang terlibat dalam program ini harus memenuhi syarat tertentu, seperti status lajang, untuk menghindari masalah hukum di kemudian hari. Hal ini menggambarkan bagaimana tokoh sukses kini menjadi sosok yang dijadikan panutan dalam hal reproduksi.
Namun, di balik kampanye ini, ada dilema etis yang tak kalah penting. Apakah benar demi kepentingan anak yang akan lahir, seorang wanita memilih untuk memiliki keturunan dari individu yang terkenal dan kaya?
Dampak dari Pengakuan Durov Mengenai Anak Biologisnya
Pavel Durov mengklaim mulai mendonorkan sperma sejak tahun 2010 dan hingga kini, ia memberikan informasi bahwa ia memiliki lebih dari 100 anak dari donasi tersebut. Hal ini menimbulkan banyak perdebatan mengenai hak harta waris bagi mereka. Dengan kekayaan bersih sebesar US$17 miliar, pertanyaan menghadapi legitimasi hukum dan moral untuk anak-anak tersebut.
Durov juga tercatat memiliki sejumlah bitcoin yang dibelinya di tahun 2013, yang menambah kompleksitas mengenai warisan dan pembagian kekayaan di masa depan. Ia berjanji bahwa semua anak biologisnya berhak atas warisan yang sama, yang tentu saja menjadi berita besar di kalangan pebisnis dan sosok kaya lainnya.
Adanya klaim tersebut membuat banyak orang merasa terhubung atau bahkan menciptakan keturunan yang menyampaikan pesan secara komunal. Ini bisa dilihat sebagai upaya manusia untuk ‘memperpanjang hidup’ mereka meskipun secara biologis tidak terhubung.
Etika dan Kontroversi di Balik Donor Sperma
Pengakuan Durov menempatkannya dalam satu kelompok kecil dari individu kaya yang mendorong batasan etika dalam reproduksi dan teknologi genetika. Banyak tokoh dunia berpendapat bahwa inisiatif seperti ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi penurunan populasi global. Namun, di sisi lain, ada risiko bahwa ini menciptakan hierarki baru dalam struktur keluarga.
Durov menyebut donasi spermanya sebagai tindakan untuk membantu mengatasi kelangkaan donor sperma yang berkualitas di seluruh dunia. Dia juga berharap bisa mendorong pria lain untuk mengambil langkah serupa untuk tujuan yang sama.
Meskipun terlihat altruistik, tindakan tersebut menimbulkan pertanyaan: apakah ini hanya bergeser menjadi spekulasi komersil terhadap eugenik yang sudah lama ditinggalkan?
Gaya Hidup dan Pendekatan Durov terhadap Keluarga dan Kekayaan
Di luar isu kontroversial mengenai donor sperma, kehidupan pribadi Durov menarik perhatian tersendiri. Ia dikenal sebagai individu yang disiplin, menjalani gaya hidup tanpa alkohol dan kafein, sambil tetap menjaga pola tidur dan rutin berolahraga. Ini menunjukkan bahwa ia memiliki pendekatan serius terhadap kesehatan dan masa depan, termasuk pengalaman besarnya dalam mengatur warisan.
Meskipun terkesan memberi kebebasan kepada anak-anaknya, Durov juga ingin memastikan mereka tumbuh dengan kemampuan mandiri yang baik. Dia percaya bahwa menunda pencairan warisan adalah cara untuk menghindari ketergantungan pada kekayaan yang dihasilkan. Ada risiko, namun itu adalah pilihan yang dibuat berdasarkan visi jangka panjang.
Durov menegaskan bahwa ia merasa tidak menyesal menjadi donor. Ia melihat tindakan ini sebagai kontribusi nyata terhadap masa depan dan harapan memperbaiki kualitas kehidupan manusia di seluruh dunia.
