Para pejabat kesehatan di Amerika Serikat baru-baru ini mengesahkan perluasan penggunaan obat yang dirancang untuk meningkatkan libido pada perempuan, memperbolehkan wanita pascamenopause hingga usia 65 tahun untuk mengonsumsinya. Keputusan ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi perempuan yang mengalami penurunan gairah seksual, sebuah kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hidup mereka.
Pada tanggal 15 Desember, Food and Drug Administration (FDA), yang setara dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia, memberikan izin tersebut. Obat yang dikenal dengan nama Addyi ini sebelumnya hanya disetujui untuk wanita pramenopause.
Addyi merupakan pil yang harus diminum sekali sehari dan dapat memberikan harapan bagi perempuan dengan penurunan libido. Namun, meskipun memiliki potensi untuk menjadi solusi, obat ini telah menghadapi berbagai tantangan dan kontroversi sejak pertama kali diperkenalkan.
Obat ini awalnya diharapkan menjadi obat yang laris di kalangan wanita, namun efek sampingnya yang dilaporkan seperti pusing dan mual membuat banyak orang meragukan keamanannya. Selain itu, ada peringatan tegas tentang risiko penggunaan bersamaan dengan alkohol, yang menambah kompleksitas penggunaannya.
Pentingnya Kesadaran akan Kesehatan Seksual Wanita
Kesehatan seksual perempuan sering kali terabaikan dalam diskusi kesehatan umum, meskipun kondisi ini memengaruhi banyak wanita. Gangguan hasrat seksual hipoaktif, yang telah dikenal sejak tahun 1990-an, mengganggu kehidupan seksual banyak perempuan di seluruh dunia.
Menurut penelitian, kemungkinan gangguan ini dapat memengaruhi sebagian besar wanita di Amerika. Ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap isu ini sangat penting untuk kesejahteraan perempuan, terutama yang memasuki masa pascamenopause.
Perubahan biologis yang terjadi setelah menopause, seperti penurunan kadar hormon, dapat menyebabkan berbagai gejala yang berdampak signifikan pada libido. Oleh karena itu, inovasi dalam pengobatan dan terapi untuk meningkatkan kesehatan seksual wanita sangat diperlukan untuk membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih baik.
Tantangan dalam Mendiagnosis dan Mengobati Disfungsi Seksual
Mendiagnosis kondisi yang berkaitan dengan penurunan libido bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor, termasuk faktor psikologis dan fisik, dapat berkontribusi terhadap penurunan gairah seksual pada perempuan.
Ini menjadi tantangan besar, terutama di kalangan profesional medis yang sering kali kurang memahami aspek kesehatan seksual wanita. Memerlukan pendekatan menyeluruh untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari masalah ini dan solusi yang tepat.
Kendala lain adalah stigma sosial yang ada seputar pembicaraan mengenai kesehatan seksual. Hal ini sering kali membuat wanita enggan untuk membahas isu ini dengan dokter atau profesional kesehatan lainnya.
Kisah di Balik Pengembangan Addyi
FDA pada awalnya menolak Addyi sebanyak dua kali sebelum akhirnya memberikan persetujuan pada tahun 2015. Penolakan ini dipicu oleh kekhawatiran mengenai efektivitasnya dan efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Penyetujuan akhirnya didapat melalui usaha lobi dari perusahaan pengembang Addyi, serta dukungan dari beberapa advokat kesehatan wanita. Hal ini menunjukkan bagaimana tekanan dari masyarakat dan produsen dapat memengaruhi keputusan yang diambil oleh badan regulasi.
Setelah lobi tersebut, Addyi mendapatkan lampu hijau, yang memberi harapan baru bagi banyak perempuan. Namun, proses ini juga menandakan kompleksitas dalam persetujuan obat yang berkaitan dengan kesehatan seksual.
Menuju Masa Depan Kesehatan Seksual Lebih Baik untuk Perempuan
Penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai kesehatan seksual dan memberikan informasi yang benar kepada para wanita. Pendidikan yang memadai tentang kesehatan seksual dapat membantu mengurangi stigma dan mendorong lebih banyak wanita untuk mencari bantuan ketika menghadapi masalah libido.
Inovasi dalam pengobatan, seperti Addyi, menunjukkan bahwa ada kemajuan dalam memahami dan menangani isu-isu terkait disfungsi seksual wanita. Namun, masih banyak yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa semua wanita memiliki akses ke perawatan yang mereka butuhkan.
Akhirnya, kesadaran dan dukungan terhadap kesehatan seksual perempuan harus menjadi prioritas. Dengan melakukan hal ini, kita dapat menciptakan masa depan di mana perempuan merasa diperhatikan dan diberdayakan dalam aspek penting dari kehidupan mereka.
